Selasa, 11 November 2008

Kritik arsitektur GPIB Immanuel


GPIB Semarang atau yang biasa disebut dengan Gereja Blenduk merupakan salah satu karya arsitektur belanda yang sempat berdiri di tengah karya-karya arsitektur Indonesia lainnya. Sebenarnya nama asli gereja ini adalah Gereja Immanuel. Namun karena bentuk atapnya kubah, maka orang jawa sering menyebutnya dengan nama gereja Blenduk. Blenduk yang memiliki arti sama dengan kubah. Bangunan yang berumur 267 tahun ini mula-mula dibangun oleh Portugis yang kemudian disempurnakan oleh Belanda. HPA de Wilde dan Westmass menyempurnakan bangunan ini dan menyelesaikannya pada tahun 1745.
Bangunan ini masih terlihat kokoh dan setiap aksesoris yang ada juga masih tetap terlihat orisinil sebagaimana pertama kali dibuatnya.Bangunan yang memiliki empat buah pintu memiliki selokan kecil di bawah lantai ruang ibadah. Fungsinya agar air yang mengalir bisa mengalirkan hawa dingin ke dalam ruangan agar para jemaat ketika mengikuti ibadah merasa nyaman dan tidak terasa panas. Hanya saja saat ini selokan itu tidak bisa bekerja sebagaimana fungsinya, karena banyak sampah-sampah yang menyumbat selokan tersebut. Kekurangan ini terletak pada kurang pahamnya sang arsitek tentang bangunan tropis. Jadi, sampai saat ini suasana di dalam bangunan terasa panas. Bangunan ini memiliki ruangan yang berbentuk melingkar, prinsip ini digunakan untuk ruangan akustik, sehingga kita tidak dapat melihat pengeras suara di dalam ruang.

Aksesoris

Salah satu perlengkapan antik adalah mimbar kayu yang dipakai pendeta untuk memimpin perjamuan Kudus. Mimbar tersebut dibuat dari kayu jati, beratap kubah segi delapan dengan puncak yang runcing. Peletakan ketinggian antara mimbar dengan lantai jemaat menunjukan bahwa mimbar lebih sakral atau lebih penting dari ruang dimana jemaat berdiri. Adapula tangga putar yang terbuat dari besi baja. Uniknya untuk mengangkut tangga ini harus bagian per bagian lalu disusun kembali, karena sangat berat. Bangunan ini terkesan tertutup tetapi peletakan jendela membuat sinar matahari masuk ke dalam ruangan dan ruanganpun cukup terang. Tempat paduan suara dan pemain musiknya yang diatas juga agaknya terlihat janggal tidak seperti gereja-gereja lainnya. para penyanyi dan pemain musiknya memang sengaja diletakkan di atas supaya jemaat tidak bisa melihat wajah mereka, sehingga jemaat tetap terpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Dan ketika ini berlangsung suara para penyanyi dan suara musik bak nyanyian surga.

Tidak ada komentar: